Keagungan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin

Total
0
Shares

Langit Banjarmasin bersinar cerah saat langkah kaki menuju Masjid Raya Sabilal Muhtadin. Dari kejauhan tampak kubah besar menjulang tinggi memantulkan sinar matahari yang menyilaukan. Arsitekturnya bergaya modern Islami, mencerminkan kemegahan dan keanggunan peradaban masa kini. Nama masjid ini berasal dari tokoh ulama besar Kalimantan Selatan, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Sabilal Muhtadin berarti “penunjuk jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk ke jalan Allah”.

Begitu melangkah ke dalam, suasana tenang menyelimuti ruang shalat yang luas dan tertata rapi. Lantainya terbuat dari marmer pilihan yang dingin menyentuh kulit telapak kaki jamaah. Ornamen kaligrafi berwarna emas menghiasi dinding, menghadirkan suasana religius yang penuh makna. Tiang-tiang kokoh menyangga atap besar, membentuk harmonisasi estetika arsitektur bernuansa spiritual. Kubah utama menggambarkan simbol keesaan Tuhan yang menaungi seluruh umat beriman.

Tidak hanya menjadi tempat ibadah, masjid ini juga pusat kegiatan dakwah dan pembinaan umat. Setiap harinya, pengajian dan kajian Islam digelar untuk memperkuat keimanan masyarakat sekitar. Masjid ini menjadi saksi perkembangan Islam di Kalimantan, sejak pertama kali diresmikan. Ribuan jamaah selalu memadati masjid pada momen penting seperti Ramadhan dan hari raya. Sabilal Muhtadin telah menjelma menjadi ikon kebanggaan warga Banjarmasin dan sekitarnya.

Sejarah Pembangunan dan Kontribusi Pemerintah Daerah

Pembangunan Masjid Raya ini bermula dari gagasan besar Gubernur Kalimantan Selatan saat itu. Idenya muncul untuk menghadirkan masjid representatif yang menandingi kemegahan nasional. Peletakan batu pertama dilakukan tahun 1981 dengan penuh harapan dan semangat kebersamaan. Pemerintah daerah bersinergi dengan masyarakat dan tokoh agama dalam merealisasikan proyek ini. Akhirnya, masjid selesai dibangun dan diresmikan secara resmi pada tahun 1984.

Pendanaan pembangunan bersumber dari APBD dan sumbangan masyarakat yang tak pernah surut. Kontribusi umat Islam Banjarmasin menunjukkan semangat gotong royong dan solidaritas luar biasa. Tidak hanya itu, para arsitek lokal turut dilibatkan untuk menciptakan rancangan penuh kearifan lokal. Perpaduan konsep Islami dan budaya Banjar terlihat pada motif ukiran dan pemilihan material. Hal tersebut menjadikan masjid ini memiliki karakter unik dan berbeda dari lainnya di Indonesia.

Pemerintah terus menjaga kelestarian masjid dengan berbagai renovasi serta peningkatan fasilitas umum. Kini tersedia ruang perpustakaan, aula pertemuan, dan taman indah sebagai tempat refleksi spiritual. Fasilitas toilet dan wudhu dirancang modern demi kenyamanan para jamaah dari berbagai latar belakang. Selain itu, pengurus masjid aktif berinovasi melalui digitalisasi informasi kegiatan dan jadwal shalat. Semua itu membuktikan bahwa masjid ini tetap relevan mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.

Pesona Wisata Religi dan Daya Tarik Pengunjung

Masjid Sabilal Muhtadin tak hanya sebagai rumah ibadah, melainkan juga tujuan wisata religi utama. Banyak pelancong lokal hingga mancanegara mengunjungi masjid ini untuk beribadah dan berfoto. Taman asri di sekeliling masjid menjadi tempat favorit pengunjung bersantai sambil menikmati panorama. Suara gemericik air mancur memberikan nuansa damai, menyejukkan hati di tengah hiruk pikuk kota. Suasana malam pun begitu memesona dengan pencahayaan artistik yang memukau setiap pandangan.

Pihak pengelola menyediakan pemandu wisata untuk menjelaskan sejarah dan keistimewaan arsitektur masjid. Pengunjung dapat mempelajari sejarah perkembangan Islam di Kalimantan lewat media informasi digital. Buku-buku sejarah dan tafsir Islam tersedia di perpustakaan bagi mereka yang haus ilmu agama. Kegiatan edukatif seperti tur masjid dan dialog lintas agama sering digelar untuk mempererat persaudaraan. Kehadiran masjid ini menambah kekayaan destinasi wisata Banjarmasin yang menggabungkan nilai spiritual.

Setiap Jumat dan hari besar Islam, area sekitar masjid ramai oleh pedagang kaki lima menjajakan dagangan. Mereka menjual makanan khas Banjar seperti soto, kue lumpang, dan minuman segar tradisional. Suasana ini memperlihatkan hubungan erat antara fungsi ibadah dan kehidupan sosial masyarakat. Anak-anak bermain di pelataran sambil menanti waktu shalat bersama orang tuanya tercinta. Harmoni kehidupan terpancar jelas dari aktivitas keseharian yang berlangsung di sekitar masjid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like